CWTCH

 recommended song Endless Rain by X-JAPAN

Sejujurnya Kyuhyun bukanlah pria yang tidak bertanggungjawab atas rumah tangganya, ia adalah pria yang menaruh keluarga di atas segala kepentingannya, tidak peduli prihal kebangkrutan atau ia akan dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja, ia akan mendahului kepentingan keluarganya terlebih dahulu, sudah pasti.

Ia mempunyai istri yang cantik, selalu menyambutnya dengan senyuman, makanan enak, air hangat, baju bersih, ranjang yang nyaman dan cerita menggebu-gebu khas istrinya padahal yang diceritakannya hanya hal sepele yang biasa terjadi, namun jika istrinya yang bercerita, semua nampak begitu tidak biasa dan begitu istimewa.

Belum lagi putra mereka yang berumur enam belas bulan, meski tak jelas mengoceh apa, tapi setiap kali Kyuhyun bertanya, bocah dengan pipi gembul memerah itu akan selalu menyahut dengan semangat, sama seperti ibunya. Maka apa lagi yang kurang dari hidup Kyuhyun? Ia mempunyai semua yang pria di luar sana harapkan, pekerjaan bagus, istri cantik dan putra yang tampan. Ia mempunyai segalanya.

Mungkin ia terlalu sombong, mungkin juga ia terlalu lalai, merasa aman karena sudah memiliki segalanya tanpa sadar apa yang sudah di milikinya belum tentu akan selalu menjadi miliknya, semua yang ia punya bisa saja di ambil dari genggamannya sewaktu-waktu dan dua tahun lalu, di suatu malam dengan rintiK hujan di musim gugur, segala sumber kebahagiaan Kyuhyun di ambil darinya.

Putranya, Cho Su-Hyun, meninggal akibat kecelakaan mobil yang Suri kendarai. Tidak ada yang istimewa malam itu, Suri dan Kyuhyun tidak bertengkar yang menyebabkan Suri hilang kendali, Kyuhyun tidak malas hingga menyuruh wanita yang baru berkunjung ke rumah temannya pulang sendiri, tidak ada janji istimewa akan makan malam mewah di sebuah restoran bintang lima apa lagi merayakan sesuatu, semuanya seperti biasa.

Seseorang dari kepolisian mengatakan bahwa ban mobil yang Suri kendarai tergelincir dan keluar jalur, menabrak pembatas jalan sebelum bertabrakan dengan bus yang melaju kencang di jalur sebaliknya.

Istri yang dicintainya mengalami kritis dan koma selama hampir dua bulan. Awalnya kondisi Suri baik-baik saja hingga ia mengetahui putranya yang meninggal dan entah dari mana melihat foto jenazah Su-Hyun yang sungguh, tidak akan ada orangtua yang tega melihatnya apalagi tahu bahwa kecerobohan merekalah yang mengakibatkan kematian anaknya. Semenjak itu kondisi mental Suri semakin memburuk, pada awal-awal terguncangnya jiwa Suri, ia bahkan tidak bisa mengenali dirinya sendiri, ia mengingat Kyuhyun tapi tidak mengingat namanya.

Setiap kali ia mengingat kejadian dua tahun lalu, ia selalu marah pada dirinya, pada Suri, pada teman-teman Suri dan pada anaknya. Ia marah pada semua orang namun ia tidak bisa membiarkan kemarahan itu muncul, membuat semua orang memandangnya dengan pandangan mengerikan dan menganggapnya pria yang egois, maka hari ini dan hari-hari sebelumnya Kyuhyun memutuskan untuk membuat pelarian, ia mengencani beberapa wanita dalam jangka waktu tertentu tanpa menceraikan Lee Suri.

Anehnya ia tetap tidak merasa bahagia meski berkencan dengan wanita paling cantik di Korea sekalipun atau dengan wanita yang ‘pelayanannya’ paling hebat, ia tetap merasa lubang besar di dirinya belum terisi, angin-angin dingin terus masuk dari lubang itu membuat hatinya membeku dan bergetar kedinginan.

“Oppa, ada apa?” wanita yang ia kencani saat ini bernama Ahm Sae-Ah, model majalah dewasa yang entah menyayanginya karena uang atau memang karena cinta. Wajahnya jauh sekali dari wajah Suri, matanya besar, bibirnya tipis dan rahangnya berbentuk V tajam dengan rambut ikal pirang. Jika di pikir ulang, seluruh wanita yang ia kencani memang tidak pernah mirip dengan istrinya itu.

Kyuhyun bangkit, menyingkirkan tangan Sae-Ah dari dadanya dan berjalan memakai celana kerjanya lagi.

“Kau tidak mau menginap di sini satu malam lagi, Oppa?” ia bangkit tanpa menutupi tubuh polosnya, memeluk Kyuhyun dari belakang dan hendak melucuti lagi celana yang baru Kyuhyun kenakan.

Tangan Kyuhyun berhenti dari mengancingi kemeja kelabunya dan melepaskan tangan Sae-Ah dari celananya. “Sae-Ah ya, bagaimana kalau kita akhiri saja sampai disini?”

“Kenapa, Oppa? Apa kau tidak puas denganku?” Sae-Ah mengikuti Kyuhyun yang keluar dari kamar Sae-Ah, menarik-narik lengan Kyuhyun. “Oppa, ada apa? Apa yang kurang dariku? Apa aku tidak memuaskanmu minggu ini? Kau ingin aku melakukan apa?”

Kyuhyun mengambil jaket kerjanya, memasukan ponsel ke tas memakai sepatu kerja sebelum mengusap wajahnya. “Tidak ada yang kurang darimu, aku hanya bosan dan kau cerewet, aku paling benci wanita cerewet.”

Malam itu adalah malam terakhir ia bertemu dengan Sae-Ah. Tanpa di sadari ia berubah menjadi pria yang dingin dan lebih egois dari yang ia harapkan and yet, he is still unhappy man.

***

Ia mengusahakan untuk selalu pulang ke rumah meski ia menikmati malamnya dengan wanita-wanita pengalihnya, ya kecuali ketika Kyuhyun memang benar-benar penat dan benci melihat Suri yang bertingkah seperti anak kecil tak bisa bicara di rumah, ia akan menginap paling lama tiga hari dan satu hari untuk dirinya sendiri di hotel, tanpa di ganggu oleh wanita mana pun.

Tapi malam ini berbeda, ia langsung pulang ke rumah karena terlalu lelah dan ia pikir Suri sudah tidur, ini pukul tiga pagi, mana mungkin istrinya masih bangun pukul tiga pagi seperti ini? Lagi pula jika Suri masih bangun pun, mereka tidur terpisah semejak enam bulan lalu. Kyuhyun lebih memilih tidur di ruang baca ketika Suri sudah terlelap.

Ia melempar tas kerjanya di sofa ruang televisi dan berjalan tanpa suara menaiki tangga yang di sinari lampu-lampu kecil di bawahnya. Belum sempat ia sampai di lantai dua, pintu kamarnya terbuka perlahan, memperlihatkan istrinya dengan rambut cokelat keemasan panjang bergelombang yang berkilau, baju tidur onepiece sewarna buah persik dan wajah polos tanpa make up berdiri di depan pintu tanpa sepatah katapun dan berjalan gontai ke arah Kyuhyun.

“Hai, kau belum tidur?” tanya Kyuhyun sedikit kesal karena rencananya untuk langsung tidur digagalkan dan lega karena tidak ada bagian tubuhnya yang terbalut perban seperti jika malam-malam ia menginap sebelumnya, tidak ada bekas luka cakar di lengan-lengan kurus dan pucat milik Suri dan tidak ada wajah berlumuran maskara mengerikan.

Sesekali ia ingin memeluk Suri, memintanya untuk kembali, tak apa jika putra mereka tak kembali, ia hanya ingin Lee Suri nya kembali tapi hal itu tidak mungkin, ia pernah memintanya berkali-kali, namun Suri tidak mendengarnya, bahkan ia tidak menganggap Kyuhyun berada di sana.

Suri menggapai lengan Kyuhyun, matanya berkaca-kaca dan bibirnya basah habis menangis.

“Kau menangis?” tanya Kyuhyun, mengusap rambut yang ternyata jauh lebih halus dari kelihatannya. “Ada apa?”

Suri tak menjawabnya, ia memeluk Kyuhyun, melingkarkan tangannya di pinggul Kyuhyun dan membaui leher pria itu, yang Kyuhyun tidak ketahui adalah ia merasa aman jika Kyuhyun berada di dekatnya, ia merasa jika ada Kyuhyun maka tidak akan ada orang yang ia sakiti seperti putranya.

Semenjak kondisi mental Suri yang terguncang, sisi manja Suri adalah sisi yang Kyuhyun sukai, tiba-tiba wanita itu bisa memeluknya, mengusap kepalanya, mengusap punggungnya dan menempelkan tangannya di pipi Kyuhyun, beberapa kali Suri bahkan mencium kening Kyuhyun seperti ingin menenangkannya, mengatakan bahwa Kyuhyun akan baik-baik saja.

Tiba-tiba tubuh Suri menegang, ia mencengkram baju Kyuhyun kuat-kuat dan mulai menggeram. Parfume yang tidak berbau Kyuhyun juga tidak berbau Lee Suri memicu kemarahan Suri, selama ini nalurinya seperti hewan, ia membaui setiap teritorialnya dan jika aromanya berbeda Suri sudah pasti akan mengamuk.

Ia berteriak memekakan telinga dan memukul-mukul dada Kyuhyun kuat-kuat, matanya masih berkaca-kaca, suaranya melengking naik, menggantikan makian yang tidak ia mengerti di kepalanya. Ia berteriak terluka, tidak pahamkah Kyuhyun bahwa ia terluka? Bahwa ia ketakutan dan bahwa ia tidak mengerti kenapa Kyuhyun melakukan ini padanya?

“Ada apa denganmu sebenarnya?!” Kyuhyun balik meneriaki Suri, menjauhkan kedua tangan Suri yang masih terkepal darinya dan tanpa sengaja mendorong wanita itu hingga punggungnya membentur tembok. “Apa kau pikir aku bisa kau pukul seenaknya? Jiwamu memang terguncang tapi bukan berarti kau bisa memukulku seenaknya!” bentak Kyuhyun tersulut. “Benar-benar menyusahkan.”

Suri menunduk, tangannya masih terkepal dan tubuhnya bergetar penuh rasa marah. Ia berdandan cantik setiap malam, menyisir rambutnya, menggosok gigi dan memakai baju yang bagus setiap malam selam tiga hari ini hanya untuk berjaga-jaga jika Kyuhyun kembali tapi justru ia di sambut dengan aroma yang bukan aroma Kyuhyun dan wajah Kyuhyun sudah pasti menandakan bahwa Kyuhyun membencinya, wajah yang sama ketika ia menangis karena melihat foto Su-Hyun dua tahun lalu, setelah ini Kyuhyun pasti tidak ingin bicara dan membencinya karena ia membuat yang berharga bagi Kyuhyun mati.

Suri membanting pintu kamar dan menguncinya sementara Kyuhyun masih mengumpat pelan dan menarik rambutnya berkali-kali.

Kang Kyung-Sook yang selalu menemani Suri ketika Kyuhyun tidak kembali ke rumah berdiri di tengah tangga dengan mata yang berair. Ia memang seharusnya lebih tahu diri dan mengambil putrinya untuk tinggal bersamanya semenjak enam bulan lalu, bukan membiarkan Kyuhyun merawatnya sendirian.

Ketika Kyuhyun menoleh dan memergokinya menahan air mata mendengar kata-kata Kyuhyun barusan, Kyung-Sook buru-buru tersenyum dan tertawa. “Mungkin Suri sudah mencapai batasnya.” Ucap Kyung-Sook dan berjalan melewati Kyuhyun. “Biarpun Suri sakit jiwa, ia masih mengerti apa yang orang lain ucapkan dan lakukan. Jiwanya terperangkap oleh kenangan buruk dan penyesalan. Ia tidak mengerti apa yang otaknya katakan, makanya ia memukulmu. Maafkan dia, Kyuhyun-ssi.”

Kyuhyun-ssi adalah panggilan jauh sebelum Kyuhyun menikahi putrinya.

“Apa maksud Anda, Eomunim?”

“Aku akan membawa putriku tinggal bersama kami esok jika ia menyusahkanmu. Aku akan urus surat perceraian kalian.” Kyung-Sook mengetuk pintu kamar Suri. “Suri-ya, mau menginap di rumah Appa? Kau bisa tidur bersama kami, mau?”

“Eomunim,”

“Dia putriku satu-satunya, biarkan aku merawatnya.”

***

Kyuhyun sulit tidur malam itu, ia terus-terusan mengintip kamar Suri yang masih terkunci, tidak ada jawaban dari panggilan Ibunya atau panggilan Ayah Suri. Ia tetap mengurung diri bahkan hingga memasuki hari kedua Suri masih mengunci dirinya.

Pagi-pagi Kyuhyun membuatkan sarapan untuk Suri bahkan Ibu Suri masih belum bisa membujuk putrinya keluar dari kamar dan tinggal bersama mereka.

Ia berdiri di depan pintu kamar yang dahulu adalah kamar mereka, mengetuknya pelan sebanyak tiga kali. “Lee Suri, aku buatkan sarapan untukmu, kau belum makan ‘kan?” ia tidak menjawab. “Kau bisa sakit, keluarlah.”

Suri masih tidak menjawabnya maka Kyuhyun meletakan sarapan itu dan duduk bersandar pada pintu kamar. “Apa aku mengatakan hal yang membuatmu terluka? Aku tahu kau mendengarku, Lee Suri.” ucap Kyuhyun lagi. “Eomunim ingin kita berpisah, kau tinggal di rumah Appa dan aku tinggal disini sendiri, apa kau mau? Jika mau maka buka pintunya dan pergilah, mereka mencemaskanmu. Jika kau tidak mau, maka buka pintunya dan makan sarapan yang kubuat.”

Suri masih tidak menjawabnya.

“Apa kau tidur semalam? Apa kau mandi? Aku sulit tidur karena memikirkanmu.” Wajahnya nampak menua hanya dalam dua malam, rambutnya sudah berantakan terlalu sering ia sisir dengan jari, baju-baju yang ia pilih berwarna kelabu dan ia hanya mampu tidur kurang dari tiga jam selama dua malam, setiap ia memejamkan matanya ia selalu melihat Lee Suri yang berlumuran darah, wajah lebam dan tangisnya ketika mengetahui putra mereka meninggal, anehnya ia tidak melihat bayangan putranya. Hari ini bahkan ia tidak fokus bekerja, membayangkan ketika ia pulang pintu kamarnya sudah tak terkunci dan menemukan tidak ada lagi Lee Suri di rumah itu.

Ia sadar mengapa ia tidak pernah memilih wanita dengan wajah yang mirip dengan Lee Suri, ia tidak pernah memperlakukan wanita-wanita itu dengan perasaan, berbeda jika ia bersama Lee Suri, ia selalu menggunakan perasaannya, ia selalu menghormati wanita itu dan berharap bahwa suatu hari Suri akan kembali seperti dulu.

“Apa kau mau pergi meninggalkanku juga?”

Kata-kata itu meninju Suri membuatnya sadar apa yang telah ia lakukan pada Su-Hyuk, bayi kecilnya yang selalu tertawa itu sulit untuk di kenali, ia tidak bisa melihat wajah putranya karena tertutup darah, ia tidak bisa melihat tangan-tangan kecil yang biasa menarik rambutnya, ia tidak bisa melihat kaki-kaki kecil yang selalu berjinjit ketika berjalan, ia mengingat bagaimana wajah sedih Kyuhyun ketika melihatnya menangis. Ia tahu apa yang otaknya pikirkan, tapi ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengungkapkannya.

Suri kembali menangis.

Ia mendengar Suri menangis tersedu hingga nafas wanita itu terdengar sesak. Ia ingin memeluknya, mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, tapi ia tidak bisa, jika Suri tetap seperti ini, ia yakin ia tidak akan bisa. Tapi ia ingin menenangkan wanita yang selalu membuat hari kelabunya berwarna hanya dengan ucapan ‘selamat datang’ darinya.

Dua jam penuh Suri menangis dan dua jam juga Kyuhyun duduk bersandar pada pintu hingga bunyi kunci yang dibuka terdengar dari kamar.

Suri dua malam yang lalu memiliki wajah yang polos dengan rambut yang berkilau hari ini terlihat berantakan. Rambut panjang yang belum pernah di potongnya selama dua tahun hari ini terlihat kacau, sebagian terpotong pendek dan sebagian lagi masih terlihat panjang. Matanya bengkak entah berapa banyak air mata yang ia keluarkan. Tubuh kurusnya semakin terlihat kurus dan yang membuat hati Kyuhyun semakin teriris adalah pandangan mata wanita itu jauh lebih kosong dari sebelumnya.

Ia berjalan melangkahi Kyuhyun dan sarapannya dan pergi menuju ruangan santai di lantai dua tanpa melihat Kyuhyun sedetik pun. Sesampainya di ruangan tersebut Suri menarik sebuah kursi dan duduk di hadapan jendela besar yang membiarkan matahari awal musim semi masuk.

Kyuhyun menyusulnya dengan sarapan bubur daging yang ia buat. Ia ingat, saat Su-Hyun masih bayi, ia dan Suri selalu menjemur Su-Hyun disini pukul 9 pagi sambil berbincang dan terkadang mereka sarapan disini sambil mengawasi Su-Hyun.

“Kau mau sarapan disini?”

“Aku sakit.” Jawab Suri dan menoleh, matanya memang memandang Kyuhyun, tapi ia tidak tahu kemana perginya jiwa Suri.

“Apa yang sakit.”

“Ini.” Ia memegang dadanya. “Sakit.”

Kyuhyun berlutut di depan Suri menempelkan telapak tangannya di dada Suri, mengusapnya perlahan, berharap bisa mengurangi rasa sakit Suri. “Apa kau tidur semalam?” Suri menjawabnya dengan anggukan, mata dwiwarna Suri menatap mata Kyuhyun. “Apa kau bermimpi sesuatu?”

Suri mengangguk lagi, matanya kosong namun perlahan air mata kembali membasahi pipi Suri, kali ini tanpa suara. Hidungnya memerah dan wajahnya semakin memucat. “Su-Hyun,” ucap Suri. “Mati karena aku.”

Kyuhyun sangat tahu kenyataan Suri mengalami mimpi buruk selama dua tahun berturut-turut, malam-malamnya selalu dipenuhi kejadian dua tahun lalu, foto Su-Hyun, kenyataan bahwa suaminya tidak lagi setia pada satu wanita dan semua masalah bermula dari dirinya, Kyuhyun mengetahui semua fakta ini lebih dari siapapun, tetap ia berpura-pura tidak mengetahuinya dan mementingkan perasaannya juga yang tersakiti.

“Tapi kau selamat, kau masih hidup, lihat?” Kyuhyun mengangkat tangan Suri, menunjukan bahwa wanita itu masih bisa dipegang olehnya.

“Aku ingin ikut Su-Hyun.” Bibir Suri bergetar, dadanya terasa sesak namun lidahnya terlalu kelu.

Kyuhyun menggeleng. “Kalau kau ikut aku dengan siapa? Su-Hyun memintamu tetap hidup untukku. Kalau kau pergi dengan Su-Hyun aku sendirian. Aku akan kesepian, Lee Suri.” memikirkan Lee Suri pergi saja ia tak sanggup, apa lagi melihat kenyataan yang sekarang disodorkan tepat di depan matanya. Kyuhyun menyerah untuk berakting tegar, ia meletakan kepalanya di lutut Suri dan tersedu.

Jauh di dalam dirinya Suri tahu ini adalah kali pertama ia melihat pria yang paling maskulin, pria yang selalu tegar meski melihat mayat anaknya yang sulit dikenali serta pria yang dengan sabar menunggu dua bulan istrinya kembali siuman itu menangis seperti bayi. Tubuh Kyuhyun bergetar hebat dan air matanya mengaliri lutut Suri.

Ia tidak ingin pernah menangis untuk Suri tanpa ia ketahui berapa banyak dirinya membuat Suri menangis diam-diam di dalam tidurnya. Dadanya terasa sesak, susah payah ia menyembunyikan air mata, tapi untuk pagi ini izinkan ia menjadi anak kecil yang baru saja terjatuh dari sepeda dengan lutut yang tergores aspal panas, biarkan pagi ini saja ia mengadu seperti anak kecil yang menceritakan seberapa sakitnya luka kecil itu pada orangtuanya.

“Maafkan aku karena membiarkanmu terjebak denganku selama dua tahun ini, maafkan aku karena aku tetap dengan egoisnya berpikir akulah yang terluka paling banyak, maafkan aku karena tidak mengurusmu dengan baik selama dua tahun ini.” Kyuhyun mendongak, melap air mata Suri yang masih mengalir di pipi pucat wanita itu meski tidak ada satu ekspresipun yang dikeluarkan. “Aku mencintaimu dan masih mencintaimu. Berikan aku kesempatan sekali lagi untuk merawatmu. Aku mohon.”

Kyuhyun tidak berharap banyak untuk Suri merespon perkataannya, tapi pagi itu mata kosong Suri sesaat lalu yang ia lihat perlahan kembali terisi jiwanya. Kelabu pucat dan cokelat terang itu menghangat seiring semakin tingginya matahari pagi, Suri menjalankan tangannya di kepala Kyuhyun, mengusapnya tiga kali sebelum melap air mata dari pipi Kyuhyun, Suri menunduk dan menempelkan bibirnya pada kelopak mata Suri, sebuah kebiasaan yang Suri lakukan setiap kali Kyuhyun mengeluh tentang pekerjaannya.

Perlahan sekali seolah dunia berhenti detik itu, Suri tersenyum kecil, senyum pertama yang menyentuh matanya semenjak dua tahun lalu.

“Aku tidak cantik.” Katanya dengan suara serak.

Kyuhyun cepat-cepat berdiri tidak mau kehilangan senyuman Suri untuk kali pertama itu, ia menyeka air matanya dengan lengan kaos dan menangkup wajah Suri. “Tidak, kau sempurna. Siapa yang mengatakan kau jelek?”

“Rambutku jelek. Wajahku jelek.” Suri memegang ujung-ujung rambutnya yang tidak simetris, berantakan dan jauh dari kata berkilau kemudian menyentuh wajah tirus dan pucatnya. “Tidak ada yang mau dengan orang jelek.”

Tuhan, siapapun yang pernah mengucapkan Suri jelek, ia akan meninju hingga mati orang itu.

“Kita bisa rapikan rambutmu. Wajahmu tidak jelek, Lee Suri.” Ia mengusap garis hitam dibawah mata Suri, memang wanitanya nampak 5 tahun lebih tua, tapi itu karena rasa tidak aman yang Suri pendam selama ini yang membuat fisiknya terlihat stress dan kelelahan, tidak jelek, sama sekali tidak jelek. “Kau hanya perlu makan teratur dan tidur cukup.”

Dua tahun ini Suri percaya pada apapun yang Kyuhyun katakan, maka hari ini pun tanpa memedulikan apa yang ia rasakan dua malam lalu, Suri memercayai pendapat kyuhyu. “Aku mau makan.”

“Tentu.” Kyuhyun mengambil sarapan yang ia tinggalkan tadi dan menyuapi Suri bubur yang sudah dingin tersebut perlahan. “Aku bisa rapikan rambutmu, kau mau?”

Suri mengangguk masih dengan sedikit senyum di wajahnya.

“Tapi satu syarat,” Kyuhyun bisa melihat perubahan kecil di mata Suri. “Setelah aku merapikan rambutmu, memandikanmu dan memakaikanmu pakaian yang cantik, mau pergi bersamaku ke dokter?” Suri tidak menjawab. “Aku ingin kau sembuh, aku sangat merindukan berbincang denganmu, mau ke dokter?”

Dahi Suri mengkerut tidak suka dengan ide pergi ke dokter, karena setiap pulang dari tempat bernama Rumah Sakit kepalanya terasa pusing dan matanya selalu berat, ia selalu ingin tidur padahal ia ingin bertemu dan berada di sisi Kyuhyun. Ia tidak suka setiap kali dokter memasukan alat ke tangannya, ia tidak suka ketika dokter bicara pada Kyuhyun dan membuat wajah pria itu nampak murung, ia tidak suka dokter.

“Habis itu kita bisa berjalan-jalan di taman, ini musim gugur. Kau suka musim gugur ‘kan?”

Oh! Selama ini ia frustasi bagaimana mengungkapkan keinginannya untuk berjalan-jalan dengan Kyuhyun, maka ia mengangguk.

***

Kyung-Sook tidak melakukan apapun, ia tetap berdiri di bibir pintu kamar mandi, memperhatikan Kyuhyun yang dengan sangat hati-hati memotong rambut Suri menyesuaikan potongan terpendek dan merapikannya, menggosok punggung Suri hingga ke sela-sela jari kakinya, mencuci rambut hingga mengeringkannya dilakukan Kyuhyun sendirian tanpa ada wajah kesal atau garukan kepala ketika Suri justru asik mainan air dan membasahkan baju Kyuhyun seperti biasanya, pagi ini justru Kyuhyun tertawa melihat kelakuan Suri yang mencipratkan air ke wajahnya.

Dari banyak baju yang Suri punya, Kyuhyun memilihkan baju putih gading polos senada dengan celananya dan ia menyiapkan cardigan rajutan takut-takut Suri akan kedinginan nanti. Rambutnya sudah kering dan terlihat berkilau keemasan sepundak, masalahnya hanya satu yaitu wajah. Suri ngambek melihat wajahnya yang menurut Suri tidak cantik di cermin itu, sialnya Kyuhyun tidak tahu caranya wanita berdandan, maka mau tidak mau Kyuhyun meminta bantuan Kyung-Sook yang sedari tadi hanya berdiri memerhatikan.

“Maaf, Omunim,” ucapnya saat Kyung-Sook hanya tersenyum membuka kotak rias Suri. “Aku tidak tahu cara berdandan habisnya.”

“Tentu saja, bagaimana mungkin kau tahu, kau kan pria, Cho Kyuhyun.” Jawab Kyung-Sook sambil memoleskan BB Cream ke wajah Suri dan tertawa. “Tenang saja, aku akan membuatnya layak tampil di publik sebagai istrimu.”

Kyuhyun menunduk, ia tahu Kyung-Sook merasakan penghianatannya selama dua tahun ini tapi tidak bisa melakukan banyak hal karena menurut Kyung-Sook putrinya sedang dalam keadaan tidak mampu melayani suami dengan baik.

“Aku tidak malu membawa Suri ke publik dengan keadaannya yang sekarang, aku hanya tidak ingin ia menyebut dirinya tidak cantik.” Kyuhyun mengambil sebuah lipstick berwarna merah muda yang biasa Suri pakai. “Aku tahu aku sudah mengecewakanmu sebagai suami Suri yang justru meng—“

“Suri bisa mengerti ucapan Omma ‘kan?” Kyung-Sook memotongnya sambil memulas blush-on di pipi Suri dan dijawab dengan anggukan oleh Suri. “Kyuhyun ingin berbaikan dengan Suri, apa Suri memaafkannya?” Suri kembali mengangguk. “Keureci, neomu yeppo uri ttal.”

Kyuhyun menutup mulutnya dan tersenyum, Suri bisa mengerti ucapan mereka, hanya saja ia terjebak dengan reaksi apa yang akan dikeluarkannya setelah ini, maka Kyuhyun diam, mengikuti petunjuk Kyung-Sook untuk membicarakan masalah ini lain kali.

“Sekarang Suri siap!”

***

Dokter yang memeriksa Suri, Dr. Jang sangat terkejut melihat Suri yang biasanya datang seadanya kali ini nampak begitu normal. Kaos putih gading senada dengan celanany dirangkap cardigan rajut yang terlihat hangat dan cocok untuk hari yang mulai dingin, sepatu slip-on hitam putih lengkap dengan riasan wajah dan potongan rambut yang terlihat sangat segar di wajah Suri. Tidak ada tanda-tanda mimpi buruk dan traumatis memori di wajahnya saat memasuki ruangan pertama kali.

Dr. Jang tersenyum menyambut Suri dengan pelukan hangat. “Kau terlihat sangat cantik, Ny. Cho. Aku sampai tidak mengenalimu, duduklah kita periksa fisikmu dulu kemudian kita berbincang sebentar ya.”

Dua jam penuh dihabiskan dengan observasi menyeluruh Dr. Jang, menebus ketidakhadiran mereka selama tiga bulan dan meminta Suri untuk menunggu di ranjang sementara ia bicara pada Kyuhyun di mejanya.

“Fisiknya sedikit menurun. Kurang tidur dan asupan gizi yang kurang, apa kau berhenti memberikan obat yang kuberikan?” tanyanya sambil menunjukan tabel perkembangan Suri dari terakhir kali mereka check up.

“Kami sedikit mengalami masalah beberapa hari lalu.” Kyuhyun menjelaskan semuanya dan Dr. Jang seksama mendengarkan, mencatat sesuatu dan tersenyum.

“Mungkin itu juga yang menyebabkan kenapa Lee Suri lebih bahagia, perlahan ia mulai membuka dirinya pada lingkungan luar. Sering-seringlah mengajaknya berbincang agar ia lebih mudah mengekspresikan keinginannya. Selama dua tahun ini sungguh percaya padamu, hanya kau yang bisa membuat Suri sembuh atau paling tidak menjadi manusia normal. Sedikit lagi langkah ia pasti bisa lebih stabil.

“Saranku, ekspresikan apapun yang kau rasakan terhadapnya dengan kata-kata dan tindakan. Ajak ia bicara mengenai pekerjaanmu dan apa yang kau alami akhir-akhir ini, ia ingin mengenggammu seperti dulu jauh di alam bawah sadarnya, namun otaknya terbelenggu traumatik memori yang ia pikir mengubah cintamu padanya.”

Sesuai janji yang Kyuhyun katakan, ia akan membawa Suri berjalan-jalan disekitar taman kota tapi setelah makan siang. Ia ingat kalau Suri perlu sekali asupan gizi yang lebih banyak. Mereka duduk berhadapan di sebuah meja restoran Italia. Seingat Kyuhyun, Suri sangat menyukai pasta saus bologna dan parutan keju diatasnya dan roti bawang.

“Dulu kita kencan pertama kali di sini, kau memesan spaghetti saus bologna dan fettucini carbonara. Kau makan tiga potong roti bawang kemudian kau menyerah karena tidak sanggup berjalan pulan.” Kyuhyun tertawa sambil menuangkan segelas air putih untuk Suri.

“Kau makan apa?” tanya Suri.

“Aku pesan baked fusilli saus jamur keju.” Ia tersenyum dan memesan makanan yang sama persis seperti saat mereka kencan hampir lima tahun lalu.

Kyuhyun harus berbangga hati karena Suri menghabiskan makanan sebanyak lima tahun lalu, bahkan ia memesan minuman strawberry mixed dingin untuk berjalan-jalan di taman katanya. Maka Kyuhyun menurutinya. Begitu dapat apa yang ia inginkan ditangannya Suri langsung beranjak ke luar restoran dan pergi ke toko seberang yang menjual pernah-pernik kebutuhan rumah.

Dulu Suri selalu ke sana hanya sekedar belanja mata atau memang belanja beneran, tapi kali ini karena toko tutup, Suri hanya duduk di tangga dekat pintu masuk menunggu Kyuhyun membayar makan siang mereka. wajahnya tetap datar, entah ia bahagia atau kecewa karena panggilan bawah sadarnya ternyata tidak kesampaian.

Kyuhyun mengeluarkan ponselnya dan memotret ekspresi wajah Suri saat menunggu kemudian tersenyum mengingat alasan kenapa ia mengajak wanita itu menikah dulu. “Ayo kita ke taman.”

Kyuhyun sudah diperingatkan tentang psikis Suri yang sedikit ringkih tapi ia tidak peduli saat itu yang ia ketahui adalah hidupnya tak tenang jika jauh dari Suri. Monica Drake mengatakan bahwa Buddhist percaya jika kita menemukan seseorang yang memang ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersama, maka yang terjadi adalah kedamaian, jika hati terasa tak karuan maka orang itu bukan jodohnya.

Dengan dalil tak jelas itu Kyuhyun memutuskan untuk melamar Suri dulu, kenyataannya meski telah mengalami masa sulit selama dua tahun hatinya tetap tenang jika tangannya mengenggam tangan Suri, jika ia melihat Suri tertidur lelap, jika ia melihat Suri makan lahap dan jika melihat Suri ada di dekatnya ia tidak perlu lagi psikiater untuk menenangkan pikirannya, Suri saja sudah cukup. Suri pasti takdirnya.

Takdir adalah sesuatu yang sudah digariskan Tuhan, tidak seperti nasib yang menjadi pilihan manusia. Jatuh cinta pada Suri adalah nasib, ia bisa memilih untuk meneruskannya atau tidak saat itu, tapi hidup dengan Lee Suri adalah takdir, mau dia jatuh cinta atau tidak, mereka harus tetap bersama. Setidaknya itu yang Kyuhyun percayai.

“Aku selalu merasa tenang jika dekat denganmu, rasanya gemuruh itu mereda hanya dengan melihat wajahmu.” Kyuhyun mengenggam erat tangan Suri. “Hari ini kau tersenyum setelah dua tahun terdiam, aku ingin melihat lebih banyak senyummu dan lebih banyak mengenggam tanganmu.” Ia melihat Suri berhenti. “Mungkin kita bisa membuat adik untuk Su-Hyun?”

“Cho,” Kyuhyun tertegun, ini kali pertama Suri memanggil namanya lagi.

Suri mendekat, melingkarkan tangannya di pinggul Kyuhyun dan merebakan kepalanya di dada Kyuhyun. “Semua akan baik-baik saja.” Ucapnya. “Aku memaafkanmu.”

Segala beban selama bertahun-tahun seakan gugur bersama daun-daun jingga yang mengombak di taman. Kyuhyun balas memeluk Suri dan berbisik, “aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu.” Kyuhyun tahu konsekuensi yang akan ditanggungnya semenjak kali pertama meminang Suri, ia tahu suatu hari cepat atau lambat cangkang kewarasan istinya yang rapuh akan retak juga.

Sial memang untuk Kyuhyun bagi orang lain yang melihat keadaannya, namun tidak untuk Kyuhyun, mengingat sepanjang 4 tahun pernikahannya dengan Suri, wanita itu mengurusnya dengan sangat baik, tidak pernah membiarkan piring Kyuhyun kosong dan selalu memastikan baju terbaik tergantung untuk Kyuhyun kerja esok pagi. Ia beruntung mendapat Lee Suri, takdirnya.

Sisi baik yang tidak semua orang lihat adalah ia bisa balik merawat istrinya yang tanpa ia sadari mengurusi Kyuhyun selama ini lebih baik dari siapa pun. Bukan berkurang kadar cintanya justru Kyuhyun merasa cintanya pada Suri sudah empat level lebih mulia dari cinta diluar sana, ia merasa bisa melakukan apapun untuk melindungi sisa cangkang kewarasan istrinya yang masih utuh, ia akan melakukan apapun untuk membuat Suri mengingat dan membuka dirinya lagi untuk dunia,

Because she forgot her own name but somehow she remembered his name.

——END——

Ih, horror banget ya ceritanya ya? horror karena bukan KyuRi banget, ini entah tulisan jaman kapan, tapi aku rasa cukup layak buat dipublish, editingnya cuma koreksi aja biarpun kayanya masih ada yang kelewat.