RENDEZVOUS ONE

Banyak tips yang bertebaran di internet dan majalah life style terkemuka di Ibu Kota mengenai bagaimana menjalani hubungan yang sehat dan saling pengertian, ratusan bahkan ribuan artikel setiap tahun tak henti-hentinya membahas masalah omong kosong yang inti permasalahannya hanya satu, mungkin setiap pasangan sudah bosan membaca judul artikel yang sama namun dengan bahasa berbeda.

Dari ribuan artikel tidak ada yang mengetakan bagaimana caranya menjalani hubungan dengan pria yang sangat penting. Kelimpungan ia menjalani hubungan selama hampir tiga tahun ini dengan pria yang paling penting di Dunia. Bagaimana tidak, mereka berkencan selalu di temani dengan minimal tiga penjaga, memangnya mereka apa? Anak TK yang belum mengerti mana pisau mana lilin?

Kentut mereka itu.

***

Pria yang sudah ia kencani selama tiga tahun ini bernama Cho Kyuhyun, ia pria yang sejujurnya sangat misterius, berbahaya dan luar biasa cerdas, bahkan saking cerdasnya ia bisa membuat senjata nuklir seperti membuat mainan telephone kaleng.

Entah bagaimana ceritanya Lee Suri yang hanya seorang seniman kumal dan karya-karya yang tidak terkenal bisa jatuh cinta bahkan berkencan dengan pria yang sangat jauh perbedaannya seperti Cho Kyuhyun.

Mereka bertemu saat Kyuhyun masih menjabat sebagai CEO sebuah peruahaan ternama, keluarganya adalah keluarga paling terhormat se-Korea dan kekayaan keluarga yang di hasilkan dari perusaan didikan Kyuhyun menempati peringkat satu terkaya seduania. Tentu saja dengan kekayaan macam itu Kyuhyun bisa bersikap sombong dan tidak ada yang mempermasalahkan kesombongannya hingga suatu hari seorang wanita lemah lembut dengan sorot mata polos tak sengaja menyerobot jalannya dan berteriak memaki karena merusak sepedanya kemarin sore.

Apa itu tadi? Kyuhyun merasakan degup jantungnya berdetak cepat, bagaimana bisa? Bagaimana bisa ia jatuh cinta pada sorot mata polos dan jauh dari kata seksi seperti wanita idamannya selama ini? Bagaimana bisa ia begitu tertarik dengan wanita konyol, miskin dan payah seperti gadis itu?

Rambut cokelat bergelombangnya begitu bersinar, sorot matanya polos dan begitu keras kepala, ia sangat menggilai wanita itu, ia ingin menikah dan menghab—konyol, kalian benar-benar berpikir dua orang tidak waras ini bertemu seperti itu? Jangan berharap, ini bukan cerita roman picisan murahan seperti itu.

Malam itu ia melihat wanita paling cantik sedunia, segala definisi kecantikan ada di dirinya, rambut bergelombang panjang, mata yang penuh binar, kulit bercahaya dan senyum manis, belum pernah Kyuhyun melihat wanita seperti wanita itu. Matanya yang pucat terpapar sinar lampu-lampu menara Eiffel yang seolah bergantian tertawa melihat tingkah bodohnya saat menghadapi wanita bernama Lee Suri itu.

Kemudian dengan mata kecilnya yang berubah melengkung dan senyuman paling manis di bibir merah muda, Lee Suri berkata ‘Tidak akan aku melakukan hal itu’, lupakan pertemuan konyol tadi itu hanya karangan di kepala Kyuhyun setiap kali orang-orang bertanya bagaimana ia dan Suri bisa saling mencintai.

Awal mula mereka bertemu sebagai orang yang duduk berhadapan di kereta antar kota, saat itu mendekati tengah malam ketika Suri terbangun dan mendapati Cho Kyuhyun terbengong kelaparan menatap titik-titik air di jendela kereta. Siapa yang menyangka pria yang bersih dari segala noda jerawat, bekas luka serta hitam tersengat matahari tidak bisa membeli makanan dan menaiki kereta ekonomi murah kecuali pria itu kabur dari rumah, ya, meski pun ia terlalu tua untuk kabur dari rumah.

“Orang tua, kau kelaparan?” tanya Suri sambil menyenggol kaki kanannya.

Pria bernama Cho Kyuhyun itu mengangguk lemas dan matanya menatap Suri penuh harap. “Aku belum makan dari kemarin siang.”

Suri membagi dua roti selai blueberry dan alpukat miliknya dengan Kyuhyun juga sekaleng kopi yang tidak lagi dingin. Mula-mula hanya perbincangan kecil mengenai nama dan tempat tinggal, tapi kelamaan Kyuhyun mulai bercerita bagaimana indahnya dunia, bagaimana menakjubkannya aurora di Norwegia, bagaimana indahnya sore musim panas di Belarus, bagaimana indahnya rumput hijau, musik dan whiskey di Irlandia, bagaimana menakjubkannya rangkaian kincir irigasi di Belanda, bagaiaman indahnya kota-kota tua di Praha, bagaimana kokohnya bendungan di Jerman dan bagaimana briliannya seniman Belgia-Prancis, Kyuhyun menjabarkannya semua, menenamkan impian di kepala Suri muda yang terobsesi akan seni dunia.

Detik itu mereka berjanji suatu hari akan pergi keliling dunia dan bertemu di satu tempat yang paling mereka inginkan, suatu hari.

***

Ini Lotte Mart, memangnya apa yang akan terjadi di Lotte Mart? Ledakan besar? Terorisme? Gumam Suri dalam hati sambil mendorong troli yang di penuhi stock bulanannya—dan Kyuhyun tentu saja.

“Kau butuh pembalut, bukan?” tanya Kyuhyun sambil mencoret satu persatu belanjaan yang sudah di ambil.

“Haruskah kau mengatakan itu?”

“Oh, atau kau ingin hamil?”

“Like hell I want that.”

Kyuhyun tertawa sambil merangkul leher Suri. Ia dan Kyuhyun sudah tinggal bersama semenjak dua tahun lalu, mengindari mata-mata Kyuhyun yang selalu mengintai apartment bututnya di pinggiran kota dengan alasan siapa tahu orang yang ingin memanfaatkan kepintaran Kyuhyun, kemudian menculik Suri untuk memaksa Kyuhyun bekerja untuk mereka dan menghancurkan dunia.

Alasan konyol yang membuat Suri memasukan sandal rumah ke mulut penjaga Kyuhyun yang tak henti-hentinya mengikuti Suri.

“But I want it, someday… we will—“ ucapan Kyuhyun terpotong saat Suri menyikut perutnya.

“Kau tidak tahu malu atau apa? Mereka mendengar ucapanmu.”

Yang Suri maksud dengan mereka adalah satu orang penjaga Kyuhyun berpakaian formal dan bersembunyi di balik rak-rak makanan atau berpura-pura memilih produk sebelum bergeser mengikuti Kyuhyun dan Suri tanpa membeli apapun. Wajah mereka sudah memerah dan menghindari kontak mata dengan Kyuhyun, siapa yang tidak malu mendengar pembicaraan mereka?

“Kenapa memangnya? Toh, mereka juga tahu apa yang kita lakukan.” Kyuhyun tersenyum mesum menatap Suri yang setengah mati menahan tangannya untuk mencekik Kyuhyun. “Oi, oi, kau harusnya tersenyum, kapan lagi kita bisa keluar seperti ini?”

Kyuhyun menautkan lengannya dan lengan Suri sambil menuju rak-rak cemilan.

Umur mereka memang sudah memasuki kepala dua, bahkan Kyuhyun sudah melewati angka 25 tahun ini, tapi untuk keluar dan kencan seperti pasangan normal lainnya mereka bahkan bisa menghitungnya dengan satu tangan.

Apa salah Suri hingga takdir menyatukannya dengan pria macam Kyuhyun dan memiliki hubungan yang aneh? Tidak cukup kah ia memiliki otak dan pemikiran aneh sendiri saja? Kenapa ia harus hidup bersama Kyuhyun yang anehnya luar biasa?

Suri meringis menangkup kedua pipinya dengan wajah datar. “Kenapa sih kau harus di awasi 24 jam, bahkan kamera pengawas masih menyala saat kita tidur.”

Kyuhyun membuka roti cokelat dan menyuapi Suri potongan roti pertama, cokelat lumer yang keluar dari roti menempel di sudut kanan bibir Suri. wanita itu jelas menderita dan merasa kebebasannya sebagai manusia di rampas begitu memasuki dunia Kyuhyun, tapi dengan dasar ‘cinta tak mengenal perbedaan’ Suri terus mengikuti Kyuhyun, atau sebenarnya Suri ikut saja di tarik-tarik seperti peliharaan oleh Kyuhyun.

Kyuhyun sedikit menundukan badannya agar wajahnya sejajar dengan Suri. “Maaf ya membuatmu merasa terkurung, tapi aku tidak ingin drama seperti di televisi dan mengabaikan perasaan kau dan aku. Jika kita bisa bersama kenapa harus berpisah hanya karena pekerjaanku atau jiwamu yang ingin bebas,” Kyuhyun melap sisa cokelat di ujung bibir Suri dengan ibu jarinya. “Kalau kita memang tidak cocok, toh nanti akan berpisah sendiri.” Kyuhyun menjilat ibu jarinya dan tersenyum.

Oh, oh, wanita mana yang tidak meleleh di rayu seperti itu oleh kekasih tiga tahunnya? Jika saja ia sendirian di kamar saat mendengar ucapan Kyuhyun, sudah pasti ia akan berguling dengan air mata berderai-derai gembira.

Sebagai gantinya, Suri menarik kerah Kyuhyun, menyentuhkan bibirnya di bibir Kyuhyun singkat. “Meski sudah berkali-kali aku mengatakan aku muak dan tak sanggup lagi, aku tetap mengekor padamu. Ah, merepotkan sekali cinta itu.” Suri tersenyum dan Kyuhyun menyengir lebar melingkarkan tangannya di pundak Suri, memaksa tubuh wanita itu mendekat kemudian mengerucutkan bibirnya sambil menutup mata.

“Cium aku sekali lagi.” Paksanya.

“Tidak mau! Pergi kau! Mati kau mesum!”

Dua penjaga berbadan kekar yang hanya berjarak 10 dan 15 meter dari Suri juga Kyuhyun hanya menunduk dengan wajah memerah. Pekerjaan mereka ‘sangat berat’ jika Kyuhyun dan Suri sudah berada di satu ruangan yang sama, terlalu membuat iri mereka yang harus jauh dari orang-orang tercinta.

“Cinta memang rumit, aku belum menemukan formulanya yang tepat.”

“Kau itu bodoh atau sangat bodoh?”

“Memang gembel yang mengaku seniman sepertimu tahu apa tentang cinta?”

“Yang pasti aku tidak mau repot-repot menghitung formula cinta seperti Tikus Lab, atau kau bisa baca Cho Kyuhyun.”

“Hah?”

****

Jika kau mengira Kyuhyun terlahir dari keluarga ilmuan kaya raya dan Kyuhyun mewarisi kepintaran tersebut, maka kalian salah besar.

Ayah Kyuhyun adalah pegawai negeri catatan sipil biasa yang di paksa pensiun dini akibat perekonomian yang buruk tahun 1991 dan kemudian memutuskan untuk menjadi guru di sebuah sekolah menengah atas yang terletak di pinggiran kota Seoul. Tidak, bukan sekolah elit tempat para politikus dan ilmuan muda di lahirkan, hanya sekolah biasa pencetak pengangguran, pedagang-pedangan kecil dan karyawan-karyawan rendahan. Apa boleh buat? Saat itu perekonomian Korea Selatan berada di titik paling bawah.

Ibunya hanya pemain violin di orchestra kota yang kurang terkenal sampai akhirnya tahun 1995 orchestra tersebut di bubarkan dan Ibunya beralih profesi sebagai pengiring musik serabutan. Kakak Perempuannya hanya anak sekolah biasa yang sedikit lebih pintar dari teman-teman sekelasnya.

Tidak ada yang mencolok dari anggota keluarga Kyuhyun, mereka hidup bahagia meski di apartment kumuh atau rumah sewaan bersama dua keluarga yang juga meninggali rumah bergaya Korea lama tersebut.

Hingga pada tahun 1997 Orangtua dan Kakak Perempuannya terlibat demostrasi besar-besaran, mereka memprotes keras pemerintahan saat itu yang di nilai memberatkan kebijakan ekonomi negara, kelompok mereka di tuduh membuat artikel-artikel dengan fakta-fakta palsu untuk meruntuhkan pemerintahan.

Tahun 1998 mereka di tangkap dan di asingkan dari masyarakat. Kyuhyun tidak tahu kemana mereka membuang anggota keluarganya yang lain, tapi saat itu ia tahu keluarganya sudah mati dan tidak ada gunanya ia menunggu mereka di rumah, maka suatu malam Kyuhyun memutuskan untuk keluar dan mencari panti asuhan, mengatakan bahwa ia tidak memiliki keluarga dan tempat tinggal, ia sendirian. Menurut buku yang ia baca, jika seorang anak di bawah 18 tahun tidak memiliki keluarga atau pun wali maka ia adalah anak negara.

Tahun 1999 awal pemerintahan runtuh akibat demonstrasi besar-besaran dan tak terkendali. Seoul kacau dan bukan tempat yang tepat untuk membesarkan generasi penerus banga. Keluarga dengan anak di ungsikan ke luar Seoul hingga keadaan mereda, ia masih tidak mendengar kabar tentang orangtua dan kakaknya meski revolusi telah berakhir.

Semenjak itu ia tinggal di panti asuhan di Pohang bersama 20 anak lainnya. Kyuhyun ingat semua anak yang tinggal bersamanya, tanggal ulang tahun bahkan tanggal kepergian mereka, ia hapal dan masih mengingat semuanya.

Tahun 2000 pemerintah mengadakan tes bagi seluruh anak di Korea Selatan dengan alasan mengembangkan potensi negeri. Ada sekitar 20 anak jenius yang di ambil oleh negara dan di didik oleh mereka sesuai dengan kemampuannya.

Tidak, Kyuhyun tidak termasuk dalam 20 anak tersebut. Ia istimewa, di pisahkan dari seluruh anak jenius itu. Kyuhyun terdeteksi memiliki sindrom langka yang sangat menguntungkan negara kelak. Ia adalah penderita Savant sindrom ke-10 yang pernah di temukan di dunia.

Sindrom yang membuat anak tersebut jenius keterlaluan dalam satu atau bahkan beberapa bidang, daya ingat yang kuat namun dengan komunikasi yang buruk. Kyuhyun ingat ia tidak pernah melewati fase jatuh cinta pada seorang wanita, ia tidak pernah merasakan bagaimana indahnya bergurau dengan sahabat sepulang sekolah, ia tidak pernah mengingat warnanya menjadi merah muda dengan sebab apapun itu. Namun suatu malam, setelah Kyuhyun diam-diam kabur dari rumah kerjanya tahun 2011, ia kembali dengan sejuta senyuman dan segala cerita tentang cinta yang tak sengaja ia temukan.

***

Apa kau berpikir Suri juga mengalami hal tragis seperti Kyuhyun? Ekonomi yang susah dan kehilangan Orangtua serta di kurung untuk menjadi tikus percobaan pemerintah? Seperti itu? Kau salah lagi.

Suri lahir dari keluarga politikus kaya, keluarga yang paling di hormati semenjak revolusi pemerintahan Korea Selatan. Baik Ibu dan Ayahnya adalah orang paling penting dalam sejarah modern Korea Selatan.

Sudah pasti lahir di keluarga terhormat membutuhkan kesabaran dan kesopanan ekstra di setiap keturunannya agar tidak mempermalukan nama keluarga yang begitu bersih dan harum. Kakak lelakinya mungkin mampu mengemban tanggungjawab yang sebegitu membosankannya dengan senang hati, tapi Suri, ia tidak terlahir dengan kesabaran dan kesopanan tersebut, darah yang mengalir dalam dirinya adalah darah seni keturunan leluhurnya, ia tidak bisa bersikap menahan diri dengan senyum palsu ketika menghadapi orang yang membuatnya kesal setengah mati, ia tidak bisa bertele-tele merundingkan hal besar di meja dengan tumpukan kertas, ia tidak terlahir untuk itu.

Seluruh kebijakan keluarga yang mengekangnya serta memaksanya tumbuh di dalam kotak membuat gadis kecil polos yang selalu tertawa ketika melihat lelucon paling buruk di dunia itu berubah menjadi wanita yang bahkan tetap tidak tertawa ketika mendengar lelucon paling lucu di dunia, ia tumbuh bak robot yang tidak memiliki ekspresi atau perasaan.

Hanya satu yang membuat Suri merasa hidup, memegang kuas di tangannya atau memahat kayu-kayu kaku menjadi barang seni yang penuh liuk.

Suatu hari di awal musim gugur dengan mentari yang masih menyengat ia memutuskan untuk kabur dari rumah dan menaiki kereta api terakhir menuju pelabuhan untuk menyeberang ke pulau Jeju. Lee Suri, wanita yang di kenal tidak pernah tersenyum itu tiba-tiba suka tersenyum meski diam-diam atau melamun dengan wajah memerah, akhirnya ia merasakan kehidupan remajanya meski telat beberapa tahun.

Mata pucat yang selama ini di tinggalkan roh nya entah kemana bisa menari-nari seperti api unggun di atas kayu.

***

Kyuhyun memeluk tubuh Suri yang tidur membelakanginya, menaikan selimut hingga pundak wanita itu sambil merapikan rambut cokelat bergelembang Suri yang berantakan karena ulahnya. Ia mengecup pundak Suri dan mengigit telinga Suri untuk menggoda wanita itu.

“Apa kau ingin di kebiri?” Suri menyikut Kyuhyun, menyuruh pria tak tahu malu itu untuk menjauh.

Kyuhyun tertawa sebelum melingkarkan tangannya di pinggul Suri. “Kau tidak menemui orangtuamu? Ibumu sepertinya meninggalkan pesan di mesin penjawab, kau tidak mau periksa?”

“Tidak usah, paling-paling hanya bertanya mau sampai kapan aku hidup sebagai gembel.”

Setiap orang pasti memiliki masalah pandangan hidup dengan orangtuanya, bukan? Cara orangtua berpikir tentu berbeda dengan anak mereka yang lahir dan di besarkan oleh lingkungan yang berbeda dari lingkungan saat orangtua mereka di besarkan, itu hal biasa, bisa di atasi, tapi beberapa anak dan orangtua memang menghindari percakapan semacam itu, entah karena gengsi atau tidak mau memperkeruh keadaan.

Begitu pun Suri, berapa kali pun Suri menjelaskan bahwa mereka memaksa jiwa Suri untuk melakukan hal yang ia benci, orangtuanya yang penuh dengan kebanggaan akan nama keluarga tentu tidak akan mengerti. Alasan mereka tentu bukan alasan buruk, mereka hanya tidak ingin anak perempuan satu-satunya menderita akibat hinaan akan karya seninya yang tidak sesuai selera mereka, pekerjaan seni sangat sulit karena setiap orang memiliki standard sendiri menilai mana yang bagus dan mana yang tidak, tidak seperti politik yang sudah tentu mana yang baik dan buruknya.

Namun memaksa anak mereka tumbuh menjadi sosok yang kebalikan dengan keinginan mereka bukan lah hal yang bisa di benarkan juga.

“Aku iri kau dan orangtuamu masih bisa berdebat soal pekerjaan. Kalau orangtuaku dan kakakku masih hidup, kira-kira apa aku akan di larang menjadi ilmuan yang bekerja untuk menciptakan alat pembunuh ya?” Kyuhyun menelusuri lekuk tubuh Suri dengan jari telunjuknya.

“Mungkin iya.” Suri membuka matanya. “Menurutmu, apa keputusanku salah, Cho?”

“Tentang?”

“Keluar dari rumah dan memberontak.”

Kyuhyun menggapai tangan Suri, memeluknya dari belakang dengan bibir yang tertempel di telinga wanita itu. “Aku tidak akan menyalahkan siapapun, baik kau dan orangtuamu mempunyai alasan yang baik. Orangtuamu hanya tidak ingin kau bersusah payah membangun karirmu dari nol. Tapi selama kau bisa menahan tekanan dari masyarakat yang akan terus mengkritik karyamu, aku rasa tidak ada salahnya kau meneruskan hingga titik dimana kau tidak sanggup lagi menerima apapun.”

Suri mendekatkan tangan Kyuhyun menuju bibirnya, mengecup buku jari yang bersih tanpa noda cat lukis atau goresan dari pemahat. “Terima kasih sudah mendukungku hingga saat ini.”

“Lakukan apapun yang kau sukai selama itu tidak menyakiti siapapun. Aku ingin kau merasakan apa yang tidak kau rasakan di rumah orangtuamu bersamaku, Lee Suri.”

Awalnya Suri tersenyum dan tersipu malu mendengar dukungan penuh Kyuhyun, namun setelah di pikir ulang, bagaimana ia bisa hidup bebas dan melakukan apapun yang ia mau jika Kyuhyun di jaga 5 penjaga selama 24 jam tanpa henti, bahkan kegiatan intim mereka pun terekam kamera pengintai dan pembicaraan penting mereka di dengar oleh penjaga, privasi kentutmu.

“Hah, membicarakan kebebasan denganmu sama seperti melihat fatamorgana di padang pasir.” Sindir Suri dan berbalik, mendapati wajah Kyuhyun yang canggung dan menahan tawanya.

“Tapi aku punya ide gila.” Ucap Kyuhyun sambil menarik selimut menutupi tubuh mereka berdua.

“Jangan bilang kau ingin menyergapku lagi.” Suri sudah siap-siap mendang Kyuhyun jika itu terjadi, tapi Kyuhyun justru mengeluarkan ponsel percobaannya dari bawah bantal.

“Ini ponsel yang kubuat seminggu lalu, belum ada yang tahu dan belum ada yang bisa melacaknya. Aku punya rencana.” Kyuhyun membuka situs booking tiket pesawat. “Kau ingat janji kita empat tahun lalu di kereta? Untuk berkeliling dunia masing-masing dan bertemu di satu tempat?”

Mata dwiwarna dengan biru pucat menyelimuti kuning kecokelatan Suri terbelalak, berbinar penuh harap, ia ingat janji mereka, janji yang membuat Suri tergila-gila dengan Kyuhyun. “Ingat!”

“Bagaimana kita lakukan sekarang? Aku akan merusak jaringan pengawas, kemudian memesan tiket untukmu dan untukku, kita berhubungan dengan ponsel ini dan jangan bawa perlengkapan apapun dari rumah ini, gunakan baju baru yang tadi kubelikan dan beli barang-barang selanjutnya di perjalanan.”

***

Pagi itu sesuai perjanjian ia dan Kyuhyun memulai rencana mereka untuk kabur dari rumah, Suri memasang wajah masamnya—ya walaupun memang hampir setiap hari ia berwajah masam—sambil membanting pintu kamar dan melempar sepatu boots hitam dan tas punggungnya ke sofa.

“Terserah apa katamu.” Ucapnya keras ke arah pintu kamar dimana Kyuhyun keluar dengan kemeja kerja juga jubah lab miliknya yang masih tersampir di bahu kanan dan sikat gigi di tangan kiri.

“Kau mau berdebat lagi denganku?” ucap Kyuhyun menimpali. “Tidak semua orang bisa mengerti apa yang kau buat dari gambar-gambar tersebut, coba kau lihat lagi, hanya orang dengan intelektualitas yang tinggi yang bisa mengartikannya.”

Suri berdiri, menyampirkan tasnya. “Lalu kau pikir kau manusia dengan intelektualitas tinggi hanya karena kau lebih banyak mengetahui ilmu pasti di banding aku?” ia berjalan mendekati Kyuhyun, menusuk dada pria itu dengan jari telunjuknya. “Jangan konyol.”

Suri berbalik menuju pintu keluar meninggalkan Kyuhyun yang merah padam.

“Hanya orang iri yang tidak mau mengakui kemampuan lawannya.” Gumam Kyuhyun sebelum masuk kembali ke dalam kamar sementara Suri membentak untuk tidak mengikutinya ke studio.

“Berani kau berpikir untuk mengikutiku, kupenggal kepalamu.” Ancam Suri sebelum keluar meninggalkan rumah kediaman Kyuhyun yang menyatu dengan lab menggunakan taksi kuning.

Lagi, sesuai rencana, ia tidak memasang wajah tersenyum sama sekali selepas keluar dari kediaman Kyuhyun maupun turun di stasiun kereta dan melanjutkan perjalanan ke bandara menggunakan kereta. Tidak ada barang bawaan yang ia bawa kecuali ponsel, passport dan uang.

Ia berdiri menghadap pelataran terbang, pesawatnya sudah terparkir manis dengan bendera Korea di sayapnya. Akhirnya, mimpi ia dan Kyuhyun tercapai, mimpi yang sebenarnya sederhana jika Anjing Penjaga Kyuhyun tidak mengekor terus dan menahan Kyuhyun untuk tidak jauh dengan lab.

Ia menaikan hoodie biru gelap menutupi kepalanya dan sebagian wajahnya. Ia mendongakan wajahnya dan tersenyum. Ini memang bukan perjalanan pertamanya, namun selama ini ia dan keluarganya hanya menalukan perjalanan bisnis yang artinya hanya mengunjungi Ibu Kota dari negara-negara maju dan berkembang, tidak ada menjelajah dengan sepatu kotor dan aroma keringat dari sela-sela jaket meski ia merengek dan memohon baik-baik pada orangtuanya.

Rusia adalah negara pertama pilihan Suri, negara yang di ceritakan sebagai negara buas dan alam yang kejam, namun ah, siapa peduli? Tidak ada yang tahu jika belum merasakannya bukan? Ia mengetukan kaki kanannya yang di lapisi boat andalannya sebagai keberuntungan di Russia.

“Ayo berangkat!”

***

Hingga pukul 2 siang Kyuhyun masih mencoba untuk fokus di lab miliknya, menuliskan rumus-rumus tak beraturan di kaca sambil sesekali mengecek jam. Dia tidak bisa tinggal diam sementara Suri sudah memulai perjalannnya mengelilingi Rusia dan ia masih saja menghitung rumus hingga mala mini pukul 9, mana tahan ia dengan penderitaan macam ini? Ia ingin segera pergi ke Maldives, menikmati bagaimana pasir di kakinya dan awan berarak-arak dengan latar langit biru cerah, ia rindu aroma matahari menyengat, aroma barberque, aroma es kelapa dan aroma cumi panggang, ia rindu seolah pernah merasakannya.

Padahal seumur hidup setiap kali ia berkunjung ke luar negeri ia hanya mengunjungi fasilitas lab dan daerah-daerah tertinggal, tidak pernah ia merasakan berlibur seperti remaja atau dewasa pada umumnya. Frustasi Kyuhyun mengacak-acak rambutnya dan menggeram. Ah, kenapa ia harus terjebak di lab busuk ini sementara Suri mulai menjalani impiannya, kenapa?!

Suara ketukan di pintu memaksa Kyuhyun menghadapi kenyataan bahwa ia masih terkurung di Korea bersama penjaga-penjaganya yang posesif.

“Ada apa?” jawab Kyuhyun.

“Maaf, Sir, Mentri Lee Chun-Hwa ingin bertemu dengan Anda.” Kepala penjaganya yang setinggi monster dan berwajah menyeramkan, Dong-Hyuk, itu berdiri di ambang pintu,

“Kapan?”

“Malam ini, ia mengundang Anda untuk makan malam di kediaman beliau.”

Kyuhyun melihat jam tangannya, ia harus sudah berada di bandara pukul 9 malam. “Pukul berapa?”

“Pukul 6 sore di kediaman mereka di Samsung-dong.”

“Tambahkan ke jadwalku dan satu lagi, mungkin aku akan menginap, jadi tidak perlu menunggu, setelah mengantarku kalian kembali saja kesini, akan kuhubungi jika aku akan pulang.”

Sebelumnya Kyuhyun masih memutar otaknya bagaimana ia harus keluar rumah tanpa di ketahui oleh penjaganya, namun rasa-rasanya janji temu Ayah Suri yang mendadak seperti ini justru membantunya. Aku berhutang padamu, Pak Tua.

***

Sebenarnya Kyuhyun tidak pernah merasa keberatan dengan kunjungan atau obrolan membosankan dari keluarga Suri, baginya mencintai anaknya berarti mencintai keluar—ini satu kebohongan lagi, Kyuhyun hanya menyukuri bahwa ia mengencani Suri, wanita yang sangat berbeda dari keluarganya yang membosankan itu.

Tiga tahun lalu, sebulan setelah ia kembali dari acara-kabur-dari-rumah, Suri memutuskan untuk keluar dari rumah nyaman seharga jutaan dolar tersebut dan pindah ke apartment kumuh di tengah kota yang bahkan masih bising meski pukul 3 pagi. Saat musim panas ia harus menambah pendingin ruangan dengan kipas angin, saat musim dingin Suri harus menutupi tubuhnya dengan empat selimut tebal, sementara itu keluarganya hidup nyaman di istana mereka dan mengabaikan putri mereka satu-satunya, tanpa berniat membujuk apa lagi menanyakan kabarnya, padahal mereka sudah tahu sekeras apa kepala wanita dengan mata kejam itu.

Benar-benar keluarga yang tak kenal kompromi, padahal mereka terkenal dengan jurus seribu negosiasi, benar-benar menyebalkan. Kyuhyun berdecak membenarkan kemejanya dan menyusuri lorong tempat dimana foto keluarga di pajang, termasuk foto Suri kecil yang tertawa lima jari hingga wajah wanita yang ia kencani selama tiga tahun itu berubah masam dan tidak memiliki ekspresi.

“Kasihan kekasihku.” Ucap Kyuhyun sambil melayangkan ciuman ke foto masam Suri yang duduk membelakangi cahaya di ruang musik.

Jika mereka mengatakan makan malam yang berarti pukul 6.00 sore, maka pukul 5.50 kau sudah harus berada di depan meja makan tanpa ada alasan, apa lagi akhir pekan seperti ini, tidak ada yang di ijinkan makan malam di luar rumah. Seperti itu peraturan yang Suri katakan mengenai keluarganya yang kolot dan kaku.

Dan seperti yang Suri jelaskan seperti yang terlihat, ayahnya, Lee Chun-Hwa, ibunya, Kang Kyung-Sook, kakak pertamanya, Lee Sungmin, dan kekasih kakaknya, Kim So-Eun duduk rapi di meja makan dengan dua bangku kosong yang tersisa. Sayangnya Kyuhyun hanya datang sendiri malam ini.

“Selamat malam.” Sapanya sambil menyerahkan sebotol anggur merah yang Kyuhyun bawa pada kepala pelayan yang setia berdiri di pintu masuk ruang makan. “Apa aku terlambat?” tanyanya basa-basi dan mengambil duduk dekat dengan Kyung-Sook.

“Suri?” tanya Kyung-Sook mulai cemas. Ia melihat lorong berkali-kali, berharap putri satu-satunya akan muncul dengan wajah cemberut.

“Sayang sekali, Suri sedang marah padaku, jadi ia kabur dari rumah hari ini.” Santai saja Kyuhyun menghadapi tatapan marah dari Chun-Hwa saat mengetahui putrinya pergi dan dibiarkan begitu saja oleh Kyuhyun.

“Dan kau membiarkan begitu saja?” sahut Chun-Hwa sambil menuangkan anggur yang Kyuhyun bawa ke gelasnya.

Kyuhyun menaruh serbet makan di atas pahanya. “Lalu apa yang Anda harapkan? Menahan Suri?”

Yang Kyuhyun harapkan adalah Chun-Hwa akan memukulnya atau membentaknya paling tidak, tapi kali ini Chun-Hwa hanya tersenyum kecil. “Biarkan saja, mungkin ia butuh waktu untuk sendiri.” Ia bahkan menuangkan anggur ke gelas Kyuhyun, suatu hal yang mustahil terjadi. “Aku khawatir setelah ia memutuskan untuk tinggal bersamamu putriku justru masuk ke lubang yang sama.” Tambahnya kemudian duduk dan melambaikan tangan, memberi tanda untuk membawa makanan pembuka.

“Anda… tidak marah padaku?”

Chun-Hwa tergelak dan mengibaskan tangannya. “Untuk apa? Untuk membiarkan putriku merasakan apa yang ia inginkan? Memang kau pikir aku orangtua macam apa?”

Selanjutnya yang Kyuhyun tahu adalah dirinya berada dalam tornado, terombang ambing karena hipotesisnya tentang keluarga Suri yang kaku dan menyebalkan ternyata salah besar. Selama ini ia hanya melihat dari sudut pandang seorang Lee Suri, remaja kurang waras yang menolak jalan politik sebagai kiblatnya.

Chun-Hwa merahasiakan bahwa ia mendukung Suri untuk merasakan masa muda dengan jalannya sendiri, membiarkan gadis itu tahu bahwa dunia di luar sana jauh lebih kejam dari dunia politik yang orangtuanya tawarkan selama ini. Jadi selama tiga tahun ini ia di kelabui oleh acting keluarga Lee Suri yang kuno dan kaku. Sulit di percaya, tidak masuk di akal dan dalam perhitungan matematisnya.

Belum selesai badai yang menghantam Kyuhyun, Chun-Hwa bersuara lagi di tengah gelak tawanya, “omong-omong, kapan kau akan menikahi Suri?” Jatuhlah Kyuhyun terhantam badai susulan, terpelanting, berputar bersama mualnya.

***

Sisa waktu setelah makan malam ia habiskan duduk di kamar Suri yang masih tertata rapi tanpa debu, buku-buku politik yang tak pernah tersentuh, buku-buku ilmu alam yang sudah kumal tak berbentuk karena terlalu sering di baca, gulungan kertas besar berisi sketsa, tumpukan kanvas dengan lukisan abstrak di temani segelas kopi kesukaan Suri.

Ibunya masih menyimpan semua barang-barang Suri meski itu hanya sampah dari coretan sketsa bahkan Kyung-Sook masih hapal kopi seperti apa yang menjadi kesukaan Suri. Ia mendengus setengah tertawa, jika saja kekasih kurang warasnya itu lebih lunak, sudah pasti Suri tidak harus hidup menggembel selama satu tahun.

Tapi ah, orangtua punya cara tersendiri untuk membuat anaknya dewasa.

Omong-omong soal dewasa, jika di pikirkan lagi, ia dan Suri memang tidak pernah membicarakan soal pernikahan sedikit pun, terpikir untuk mengikat wanita itu secara resmi saja tidak, ia sudah cukup puas dengan hubungannya sekarang. Mereka tinggal bersama, mengurus segala keperluan rumah berdua dan memutuskan segalanya secara diskusi, bukan kah mereka terdengar seperti pasangan yang sudah menikah?

Apa masih perlu ia me…. “Sialan!” Kyuhyun bangkit buru-buru, ia lupa penerbangannya satu jam lagi.

“Mau kemana kau terburu seperti itu?”

“Aku akan—“ rasanya Kyuhyun bisa memanfaatkan ayah Suri kali ini. Ia menaruh kedua tangannya di pundak Chun-Hwa dan matanya berbinar penuh harap. “Aboe-nim, bisakah aku minta bantuanmu?”

Dan seperti itulah caranya Kyuhyun sampai di bandara tanpa ketahuan anjing penjaganya yang posesif. Kyuhyun berganti pakaian menggunakan pakaian Sungmin yang sebenarnya terlalu pendek untuk dirinya dan lagi… Kyuhyun melihat kaos lengan panjang yang ia kenakan, berwarna merah muda. Celana hitam gelap kebanggannya yang sudah berkali-kali terkena tumpahan cairan kimia di gantikan dengan celana jeans super ketat berwarna hijau muda, the hell that happened!

Tapi sepertinya semua penampilan memalukannya terbayarkan dengan keberhasilan duduk di kelas ekonomi di dalam pesawat yang membawanya ke Maldives. Pulau yang katanya adalah surga dunia, matahari, matahari, pasir, pantai, laut dan bikini. Oh, Kyuhyun tidak sabar ingin merasakannya.

“Aku bisa mencium laut!” teriaknya ketika pesawat mulai take off.

****

Ini fanfiksi udah lama, cuma kelupaan kalo ada judul ini.